Penulis
Gayle Forman merupakan seorang penulis novel bergenre remaja dan banyak menulis tentang fenomena sosial di sekitarnya. Ia terkenal karena novelnya If I Stay, yang menduduki puncak daftar buku terlaris New York Times Fiksi Dewasa Muda dan dibuat menjadi film dengan nama yang sama.
Ada sekitar dua puluh orang di ruang tunggu sekarang. Beberapa diantara mereka berhubungan darah denganmu. Beberapa lagi tidak. Tapi kami semua keluargamu. Kau masih punya keluarga.
Aku sanggup kehilangan kau seperti itu asalkan aku tidak perlu kehilangan dirimu hari ini. Aku akan melepaskanmu. Jika kau tetap hidup.
Berhenti tidak sulit. Memutuskan berhentilah yang sulit. Tapi, begitu kau sudah melakukan lompatan mental itu, sisanya mudah.
Karena yang bisa kudengar sekarang hanyalah deru dalam kepalaku, lolongan tanpa kata sementara Mia menghilang dan aku berusaha merelakannya.
Namun, semua itu akan bisa kutanggung jika ada dia di sampingku.
Tetapi, tetap saja, aku butuh mengingatkan diri bahwa satu hari hanyalah sementara, meyakinkan diri bahwa jika aku mampu melalui hari kemarin, aku akan mampu melewati hari ini.
Aku dikelilingi manusia dan merasa sendirian. Aku mengaku butuh sedikit kehidupan normal dan sekarang setelah mendapatkannya, sepertinya aku tidak tahu apa yang harus dilakukan, tidak tahu bagaimana menjadi manusia normal lagi.
Tidak apa-apa kalau kau harus meninggalkan kami. Tidak apa-apa jika kau ingin berhenti berjuang.
Dan di dalam rumah sakit, ada jenis pagi yang berbeda, berisi gesekan suara selimut, mata-mata yang terbuka. Dalam banyak hal, rumah sakit tidak pernah tidur. Lampu terus menyala dan para perawat tetap berjaga, tapi meski di luar masih gelap, kau bisa tahu dunia terbangun.
Aku sadar sekarang bahwa meninggal itu mudah sekali. Hiduplah yang sulit.
Dan mereka akan segera lupa bahwa aku hanya manusia fana: daging dan tulang, bisa memar dan terluka.
Tapi ternyata begitu melangkah ke dinding, aku menabrak dinding.
Siapa pun yang bilang masa lalu sudah mati sesungguhnya terbalik. Masa depanlah yang mati, sudah dilakukan. Malam ini adalah kesalahan. Malam ini tidak akan bisa terulang. Atau membiarkan aku memperbaiki kesalahan-kesalahan yang kuperbuat. Atau janji-janji yang pernah kuucapkan. Atau mendapatkan Mia kembali. Atau mendapatkan diriku yang dulu kembali.
Aku berharap bisa tidur. Aku berharap ada sejenis obat bius untukku, atau setidaknya sesuatu yang membuat dunia menutup di sekelilingku. Aku ingin menjadi seperti tubuhku, diam dan tak bereaksi, pasrah di tangan seseorang. Aku tidak memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan.
Aku tidak tahu apakah setelah meninggal kau akan mengingat hal-hal yang terjadi padamu ketika masih hidup. Rasanya sangat logis jika kau tidak mengingatnya. Bahwa meninggal akan terasa seperti sebelum kau dilahirkan, yang artinya ketidakberadaan.
Melepaskan. Semua orang membicarakannya seakan ini hal paling mudah. Rentangkan jemarimu satu demi satu sampai tanganmu terbuka. Tetapi, tanganku mengepal erat selama tiga tahun belakangan ini; membeku. Seluruh bagian diriku membeku. Dan hendak runtuh menjadi serpihan.
Tetapi, aku akan melakukannya lagi. Aku tahu itu sekarang. Aku akan mengucapkan janji itu seribu kali dan kehilangan dirinya seribu kali lagi demi mendengarnya bermain tadi malam atau menatapnya dalam cahaya pagi. Atau bahkan tanpa itu sama sekali. Hanya tahu bahwa dia ada di luar sana. Hidup.
Kalau ini membantu, setelah beberapa lama, ketika kebencian itu tidak lagi kurasa perlu, ketika yang tersisa hanya perasaan bersalah, yang tertinggal dalam diriku adalah perasaan betapa besarnya kesalahanku kepadamu, betapa aku merindukanmu. Dan aku harus melihatmu dari kejauhan, menyaksikanmu mencapai mimpi, menjalani kehidupan yang tampak sempurna.