085762369315 omelindotcom@gmail.com

Sastrawan

Ahmad Tohari merupakan sastrawan berkebangsaan Indonesia. Lahir pada 13 Juni 1948 (usia 72 tahun), Kabupaten Banyumas. Beberapa karya fiksinya antara lain trilogi Ronggeng Dukuh Paruk telah diterjemahkan dalam edisi Jepang, Jerman, Belanda dan Inggris. Tahun 1990, beliau mengikuti International Writing Programme di Iowa City, Amerika Serikat dan memperoleh penghargaan The Fellow of The University of Iowa.

Sebentuk roh telah berangkat, kembali ke tempat asal-muasalnya. Hidup telah berjabat tangan dengan mati, lenyaplah sudah diri dan kelakuan karena semua telah larut dalam keberatan semesta.

Seorang anak Dukuh Paruk mempertanyakan mengapa orang-orang komunis demi anu enak saja menghapuskan hak hidup banyak manusia biasa dengan cara yang paling gewang. Dan mengapa orang-orang biasa melenyapkan orang-orang komunis, juga demi anu, dengan cara yang sama. Jadi mengapa manusia bisa tetap eksis ketika kemanusiaan mati.

Adalah semua orang Dukuh Paruk–termasuk Srintil–mereka tidak tahu apa-apa tentang sistem atau jalinan birokrasi kekuasaan. Dalam wawasan mereka semua priayi adalah sama, yakni tangan kekuasaan. Setiap priayi boleh datang atas nama kekuasaan, tak peduli mereka adalah hansip, mantri pasar, opas kacamatan, atau seorang pejabat dinas perkebunan negara esperti Marsusi. Dan ketika kekuasaan, menjadi aspek yang paling dominan dalam kehidupan masyarakat, orang Dukuh Paruk seperti Srintil tidak mungkin mengerti perbedaan antara polisi, tentara, dan pejabat perkebunan. Semuanya adalah tangan kekuasaan dan Srintil tidak mungkin bersikap lain kecuali tunduk dan pasrah.

Bahwa rasa dendam mampu membinasakan martabat kemanusiaan. Juga di antara dua orang dusun yang masih terikat pada keserbaluguannya.

Lalu, apabila kematian adalah keperkasaan kodrati maka kehadirannya, bahkan baru gejalanya, sudah mampu membungkam segala gejolak rasa.

Mereka mengira dengan melampiaskan dendam maka urusannya selesai. Nah, mereka keliru. Dengan cara itu bahkan mereka memulai urusan baru yang panjang dan lebih genting. Di dunia ini, Nak, tak ada sesuatu yang berdiri sendiri. Maksudku, tak suatu upaya apa pun yang bisa bebas dari akibat. Upaya baik berakibat baik, upaya buruk berakibat buruk.

Sebuah keangkuhan situasi yang amat ditakuti bisa roboh hanya oleh seloroh dan sedikit akal bulus.

Kekalahan di bidang politik adalah kesalahan hidup secara habis-habisan dan akibatnya bahkan tertanggung juga oleh sanak-famili.

Kekuasaan adalah hulubalang sejarah yang sepanjang waktu dipertahankan dan diperebutkan.

Masa kanak-kanak adalah surga yang hanya sekali dikenang.

Ada kalanya lelaki terkesan oleh perempuan lantaran dia sedang berada di luar lingkungan sehariannya, seperti yang terjadi pada para pekerja pengukur tanah itu. Ada kalanya lelaki tunduk kepada naluri pemberian alam; kecenderungan berpetualang. Ada kalanya pula seorang perempuan memang dibekali kelebihan-kelebihan tertentu sehingga kehidupan memberinya tempat pada wilayah perhatian lawan jenis.

Perempuan adalah bubu yang bila sudah dipasang hanya bisa menunggu ikan masuk. Selamanya bubu tak akan mengejar ikan atau memaksanya masuk ke dalam.

Hidup adalah berperan menjadi wayang atas sebuah cerita yang sudah dipastikan dalam pakem.

bagaimana bisa, manusia tetap eksis ketika kemanusiaan telah mati?

Inilah yang dulu kukatakan, dalam hidup segala hal mestilah dilakukan pada batas kewajaran. Karena keselamatan berada di tengah antara dua hal yang saling berlawanan. Jadi keselamatan adalah jalan tengah, atau kewajaran atau keberimbangan. Yang kita saksikan akhir-akhir ini adalah kehidupan yang serba tidak wajar, melampaui batas. Dan kehidupan takkan kembali berimbang sebelum dia mengalami akibat ketidakwajaran itu. E, anakku, cucuku, kita sendiri telah ikut-ikutan lupa.

Kehidupan tidak maju ke depan dalam lintasan lurus, melainkan maju sambil mengayun ke kiri dan ke kanan dengan jarak yang sama jauhnya. Padahal nurani kehidupan tak pernah sekali pun bergeser dari kedudukannya di tengah. Apabila ayunan ke kanan bercorak hitam misalnya maka ayunan ke kiri dalam banyak hal adalah kebalikannya.

Dalam hidup ini orang harus nrimo pandum; ikhlas menerima jatah, jatah yang manis atau jatah yang getir.

Agitasi, propaganda, serta slogan kutukan membakar seluruh lapangan dalam kepalan ribuan tangan serta riuhnya bunyi tambur.

Nurani adalah kemudi kehidupan yang hakiki karena dikendalikan langsung dengan kasih sayang Ilahi.

Karena saat ini banyak perwira yang ora merwirani lagi. Yang saya maksud dengan perwira adalah parawira, yaitu orang-orang yang tidak merasa kehilangan apapun ketika bersikap hormat dan peduli kepada orang lain. Orang-orang yang tidak merasa rendah ketika meninggikan harkat dan martabat orang lain. Mereka adalah orang-orang yang malu ketika merasa dirinya lebih penting daripada orang lain siapapun orang lain itu.

Kedudukan sejarah sebagai guru kehidupan tak mungkin disingkirkan. Kedewasaan dan kearifan hidup bisa dibina, baik dengan sejarah tentang kepahlawanan dan budi luhur maupun dengan sejarah tentang pengkhinatan dan kebejatan manusia.

Di mana saja, pada zaman apa saja, perempuan cantik tidak sama dengan perempuan yang buruk.

Apabila kematian adalah keperkasaan kodrati maka kehadirannya, bahkan baru gejalanya, sudah mampu membungkam segala gejolak rasa.

Pengalaman-pengalaman yang lembut dan santai mungkin tidak tercatat dalam garis-garis kehidupan secara nyata. Namun pengalaman-pengalaman yang keras dan getir tentu akan tergores dalam-dalam pada jiwa, pada sikap dan perlakuan, dan tak mustahil akan mengubah sama sekali keperibadian seseorang.

Menyerah kepada kunci waktu adalah kelemahan dan keputusasaan yang harus dibuang jauh.

Jiwa yang sudah mampu tersenyum dan tertawa adalah jiwa yang mulai menangkap makna kebetahan hidup.

Begitu pun Ayah, yang seingatku menatap bintang itu dengan bibir komat-kamit. Banyak yang bilang, lintang kemukus pada dini hari menjadi pertanda akan hadirnya bencana besar, huru-hara, zaman penuh malapetaka.