Sastrawan
Muna Masyari merupakan seorang sastrawan Indonesia yang berasal dari Madura. Salah satu cerpennya yang berjudul Kasur Tanah kemudian digolongkan surat kabar Kompas sebagai Cerpen Terbaik Kompas 2017. Kisah ini kemudian diangkat sebagai pertunjukan teater oleh Teater Mandiri yang disutradarai oleh Putu Wijaya.Kisah-kisah yang ia tuturkan banyak menuliskan aneka tradisi lokal Madura, dan mengisahkannya pada para pembaca masa kini yang mungkin tidak tahu banyak soal ragam tradisi lokal Madura.
Aku beruntung saja karena terlahir sebagai laki-laki yang selalu dianggap lebih istimewa dari anak perempuan.
Gelap yang tersisa saat kulongokkan kepala, mengintip ke dalam.
Rumah, yang pernah dipertahankan ibumu, tak lain adalah lingkungan tempat menjalin ikatan, tempat berbagi kasih sayang, membangun rasa kepedulian, melestarikan jejak warisan, yang seharusnya dirawat oleh sentuhan tangan perempuan.
Tali jemuran yang membentang di tepi halaman, tempat ibumu mengangin-anginkan kain batik yang baru dicelup pada pewarna, juga pohon jambu biji di belakang rumah yang kini mulai menguning daun-daunnya, keduanya akan mengasingkan dirimu, seperti kawan lama yang enggan menyapa.
Menunggumu pulang dengan kerinduan berkelindan.
Dan kini, benda tua itu tampak muram ditinggal pemiliknya.
Bukan hanya sekali kudengar pertanyaan bernada protes kau ajukan untuk hal-hal lain, ketika terbentur aturan sebagai anak perempuan.
Akan tetapi, barangkali kesempatan masih bisa kau gapai.
Dua gentong berusia ratusan tahun itu bagai sepasang manusia renta yang tercampakkan. Keduanya duduk muram di sudut kamar paling belakang. Menekur diam. Bibirnya berlumur lelehan pewarna yang pekat dan sudah mengering.
Dialah perempuan Tanjungbumi yang tak lelah menyunggi tradisi meskipun berkelindan dengan sepi.
Aku yakin hatimu merutuk geram karena terlahir sebagai anak perempuan yang terlalu banyak dikenai aturan!
Sejauh-jauh melambungkan angan di tanah rantau, pada warisan nenek moyang ia akan menemukan tempat untuk pulang, kecuali selamanya ingin jadi pengembara dan melupakan tanah kelahiran.